Mitos mewarnai beragam aspek dalam kehidupan manusia. Banyak di antaranya yang tampak memiliki tujuan baik. Misalnya mitos tidak boleh makan di depan pintu. Jika dipikir-pikir, mitos ini ada benarnya. Soalnya orang yang makan di depan pintu bakal menghalangi orang lain yang hendak lewat. Namun tak sedikit yang justru bisa merugikan orang yang meyakininya. Termasuk mitos asuransi mobil.

Ketika hendak membeli asuransi mobil, penting untuk sepenuhnya memahami seluk-beluk layanan ini. Jangan sampai membeli kucing dalam karung. Iya kalau isinya kucing. Kalau ternyata karung itu tidak ada isinya, bisa rugi besar. Apalagi kalau isinya macan. Malah repot sendiri.

Mitos asuransi mobil bisa dikatakan tak bisa lepas dari makin banyaknya orang yang sadar akan pentingnya perlindungan asuransi terhadap kendaraan bermotornya. Terbukti, seperti dikutip dari Bisnis.com, kinerja lini usaha asuransi kendaraan bermotor selama 2022 meningkat sekitar Rp 3 triliun dibanding pada 2021. Itu artinya pembelian premi asuransi kendaraan bermotor, terutama mobil, kian gencar.

Popularitas membuat asuransi mobil makin sering diperbincangkan. Tak jarang dalam perbincangan itu ada tambahan “bumbu-bumbu” agar lebih menarik meski hanya berbasis konon belaka alias tak berdasarkan fakta. Walhasil, muncullah beragam mitos asuransi mobil yang sulit diverifikasi kebenarannya.

Baca juga : Bukan Hanya Mobil, Ada Juga Lho Asuransi Kecelakaan Motor

Dalam artikel ini akan dibahas sejumlah mitos asuransi mobil yang banyak beredar di masyarakat. Mitos ini perlu dibongkar dan diluruskan agar masyarakat tak ragu lagi untuk mengakses perlindungan buat mobilnya. Bagi yang sudah menjadi penerima manfaat asuransi, mitos ini juga perlu dipahami agar tak bermasalah ketika mengajukan klaim kerugian kepada pihak asuransi.

1. Warna menentukan harga asuransi mobil

Perusahaan asuransi tidak akan secara spesifik menentukan harga polis berdasarkan warna mobil. Namun mitos asuransi mobil yang selama ini ada adalah jika polis untuk mobil berwarna cerah, khususnya merah, lebih mahal daripada warna umum seperti hitam dan putih.

Faktanya, ada banyak faktor yang menentukan nilai premi, seperti merek, mode, tipe bodi, ukuran mesin, dan usia mobil. Harga stiker mobil, biaya perbaikan, dan kemungkinan mobil dicuri juga dipertimbangkan. Begitu pula usia, catatan mengemudi, dan kadang riwayat kredit pengemudi.

2. Riwayat kredit tak berkaitan dengan asuransi

Seperti disinggung sekilas di poin sebelumnya, riwayat kredit tak jarang menjadi salah satu faktor yang dilihat perusahaan asuransi ketika menetapkan harga polis. Riwayat kredit dulu disebut BI checking, tapi kini namanya ganti menjadi Sistem Layanan Informasi Keuangan atau SLIK checking. Isinya adalah riwayat kredit individu, apakah ada tunggakan pinjaman atau sering telat bayar angsuran dan lain-lain. Biasanya individu yang riwayat kreditnya baik bisa mendapat premi dengan harga lebih miring.

3. Asuransi melindungi mobil dari berbagai risiko kecelakaan, kerusakan, dan kehilangan

Mitos asuransi mobil ini hampir benar. Harus dipahami bahwa ada dua macam asuransi mobil, yakni comprehensive atau all-risk dan total loss only. Bila yang diikuti asuransi all-risk, perlindungannya memang lebih luas daripada total loss only. Sekelumit baret di bodi pun bisa diajukan klaim jika memakai asuransi ­all-risk. Sedangkan asuransi total loss only hanya menjamin kerugian ketika mobil hilang dicuri dengan kekerasan atau rusak parah hingga lebih dari 75 persen.

Meski begitu, asuransi all-risk pun punya batasan. Ada yang namanya pengecualian dalam polis yang menerangkan kejadian apa saja yang tak ditanggung oleh asuransi. Contohnya mobil rusak karena menerjang banjir, terkena gempa bumi, atau terjebak huru-hara. Baca baik-baik aturan pengecualian ini agar klaim tak ditolak. Bila mau memperluas lingkup perlindungan, ada opsi perluasan jaminan yang bisa menjadi solusi.

4. Jika mobil rusak ketika dikendarai orang lain, asuransi orang itu yang akan menanggungnya

Proteksi dari asuransi mobil melekat pada mobil yang diasuransikan. Jadi entah siapa pun yang mengendarai mobil itu, selama tidak melanggar ketentuan dalam polis, segala kerugian yang dijamin menjadi tanggungan penyedia asuransi. Maka ketika mobil penyok karena menabrak pagar saat dikendarai saudara, misalnya, klaim tetap diajukan ke pihak asuransi sendiri.

Walau si saudara juga mengikutkan mobilnya dalam asuransi, pihak asuransi itu tak ada sangkut-pautnya dengan mobil yang ia kendarai. Jangan sampai keliru mengajukan klaim karena pasti bakal ditolak.

5. Anak harus ikut orang tua jika hendak daftar asuransi

Misalnya anak sudah dipercayai untuk mengendarai mobil sendiri dan mobil itu hendak didaftarkan ke asuransi. Selama anak sudah berumur lebih dari 17 tahun dan telah memiliki surat izin mengemudi yang sesuai, ia bisa mendaftarkan mobilnya sendiri ke asuransi tanpa nama orang tua.

Walau nantinya yang membayar premi tetap orang tua, perlindungan asuransi diperuntukkan bagi mobil yang dikemudikan sang anak. Sekali lagi, objek pertanggungan dalam asuransi mobil adalah mobil itu sendiri, bukan pengemudinya. Artinya, mobil anak juga bisa diasuransikan dan ketika terjadi kerugian bisa dimintakan klaim selama pengemudinya memenuhi syarat.

6. Jika terjadi kerusakan, tak perlu keluar biaya lagi untuk perbaikan

Asuransi mobil memang menawarkan perlindungan atas kerugian yang diderita akibat kejadian yang menimpa mobil yang diasuransikan. Tapi, dalam praktik asuransi mobil pada umumnya, ada yang disebut biaya own risk atau risiko sendiri alias deductible. Ini biaya yang mesti dikeluarkan pemilik mobil ketika hendak mengajukan klaim atas kerugian tersebut kepada penyedia asuransi.

Tujuan penetapan biaya ini adalah agar pemilik mobil tetap berhati-hati ketika berkendara meski sudah ada asuransi. Besaran biaya ini bahkan diatur secara spesifik untuk mobil berusia di atas 5 tahun lewat surat edaran Otoritas Jasa Keuangan, jadi bukan pungutan liar oleh pihak asuransi. Kalau pemegang polis tak sudi membayar biaya ini, klaim tak bisa diproses.

7. Tak perlu asuransi kalau mobil jarang dipakai

Pada dasarnya, mobil yang jarang dipakai tetap butuh asuransi. Sebab, begitu meluncur di jalanan, risiko baret, penyok, hingga lenyap digasak maling langsung muncul. Maka lebih baik menyediakan perlindungan dulu dari awal karena risiko itu bisa terjadi sewaktu-waktu. Solusinya adalah mencari produk asuransi mobil yang sesuai dengan kebiasaan berkendara. Tidak perlu yang mahal-mahal asalkan pas dengan kebutuhan.

Baca juga : Alasan Kenapa Klaim Asuransi Mobil Penyok Ditolak

8. Mengajukan klaim asuransi mobil itu ribet

Ini mitos asuransi mobil yang mungkin paling kerap bergentayangan. Secara prinsip, ada Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia yang menjadi pegangan utama ketika hendak mengajukan klaim asuransi mobil. Selama mengikuti polis itu, semestinya klaim biaya pertanggungan kepada pihak asuransi akan lancar. Jangan lupa juga cermati ketentuan dari pihak asuransi mengenai syarat pengajuan klaim, terutama dokumen yang dibutuhkan. Selama semua lengkap dan tak ada yang melanggar polis, klaim pasti gol.

Itulah sederet mitos asuransi mobil yang kerap disalahpahami sehingga perlu mendapat perhatian agar tak sampai mendatangkan kerugian. Asuransi mobil sebetulnya tidak serumit yang dibayangkan. Misalnya Mobil Insurtech yang dihadirkan Asuransi Simas. Asuransi ini menawarkan perlindungan comprehensive, total loss only, dan kerugian pihak ketiga alias third party liability.

Layanan Mobil Insurtech pun dapat dengan mudah diakses secara online tanpa perlu datang ke kantor asuransi. Semua informasi bakal dijelaskan dengan gamblang saat mendaftarkan mobil yang hendak diasuransikan. Mitos asuransi mobil yang menyesatkan pun bisa dihindari dengan bekal informasi itu sehingga manfaat asuransi bisa diperoleh dengan maksimal.