Seputar Asuransi

6 Cara Menghadapi Krisis Finansial untuk Individu dan Keluarga

09 March 2023

resesi dunia

Pandemi Covid-19 telah membuat banyak sektor industri berantakan hingga berujung pemutusan hubungan kerja dan kesulitan ekonomi. Namun, setelah pandemi melandai, ternyata masih ada satu lagi tantangan ekonomi ke depan: resesi. Resesi ekonomi berkaitan erat dengan krisis finansial yang bisa sangat mempengaruhi kehidupan individu ataupun keluarga.

Banyak pakar ekonomi yang memprediksi tahun 2023 akan diwarnai dengan resesi ekonomi. Seperti dikutip dari Investopedia, resesi disebabkan oleh serangkaian peristiwa dalam ekonomi, seperti gangguan terhadap rantai pasok, krisis finansial, atau peristiwa global. Resesi juga bisa muncul setelah masa inflasi.

Prediksi resesi 2023 sedikit-banyak sudah mulai menjadi nyata. Setidaknya hal ini tampak dari banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan perusahaan rintisan alias startup di Indonesia. Tempo.co merilis kabar bahwa sekurangnya 23 startup Indonesia telah melakukan PHK massal hingga Februari 2023. Ada ribuan orang yang mesti kehilangan pekerjaan akibat PHK sehingga rentan mengalami krisis finansial dalam lingkup individu ataupun keluarga.

Krisis finansial di sini tidak mengacu pada kondisi ketika terjadi penarikan dana secara besar-besaran dari bank oleh nasabah atau kenaikan harga setinggi langit layaknya situasi 1997-1998 di Indonesia dan banyak negara lain. Lebih spesifik, yang dimaksud dengan krisis di sini adalah krisis finansial personal yang bisa datang dari banyak hal, seperti PHK, kegagalan usaha, atau peristiwa lain yang menyebabkan fondasi keuangan goyah baik secara pribadi maupun keluarga.

Terlepas dari apa penyebabnya, konsekuensi krisis finansial seringnya serupa, dari stres emosional, kebingungan, hingga kehilangan kepercayaan diri. Masalahnya, masa depan kehidupan orang tak bisa ditebak. Saat ini mungkin seseorang berstatus karyawan tetap sebuah perusahaan dengan gaji mantap. Namun pekan depan bisa jadi dia sudah masuk daftar PHK karyawan yang diumumkan dalam townhall meeting karena perusahaan melakukan efisiensi besar-besaran akibat resesi ekonomi.

Untuk menghadapi kemungkinan krisis finansial yang bisa terjadi pada siapa pun, berikut ini beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Siap menghadapi PHK

Siapa sangka, perusahaan raksasa sekelas Google atau startup mapan seperti Gojek-Tokopedia akan melakukan PHK besar-besaran? Dari peristiwa itu bisa diambil pelajaran bahwa tidak ada karyawan yang sepenuhnya aman dari risiko kehilangan pekerjaan. Karena itu, daripada telanjur kena PHK dan bingung mau berbuat apa, lebih baik siapkan diri untuk menghadapi risiko itu. Caranya antara lain:

  • Memperluas jaringan profesional agar lebih mudah mendapatkan kerja ketika kena PHK
  • Memupuk dana darurat supaya tetap ada uang untuk membiayai hidup sehari-hari saat tak ada lagi penghasilan tetap
  • Memoles curriculum vitae agar lebih menarik pencari kerja
  • Ikut kursus atau pelatihan untuk menambah keterampilan atau membuka usaha

2. Diversifikasi penghasilan

Salah satu hal paling berisiko dalam masa resesi atau krisis finansial adalah hanya mengandalkan satu penghasilan. Apalagi jika industri yang digeluti rentan terhadap resesi yang sedang terjadi, misalnya startup yang kini sedang memasuki masa winter alias periode sulit. Untuk menyiasati situasi, coba cari penghasilan tambahan sebagai jaring pengaman jika kelak benar kena PHK. Misalnya dengan menjadi reseller yang tak butuh modal besar atau bikin kue untuk dititipkan ke warung-warung dan kantin sehingga tak perlu membuka gerai sendiri yang butuh waktu dan tenaga ekstra. Bisa juga dengan mencari pekerjaan freelance atau part-time asalkan tidak mengganggu pekerjaan utama.

Baca juga : 7 Ide Resolusi Finansial dan Cara Mewujudkannya

Mengatur keuangan

3. Potong bujet semaksimal mungkin

Krisis finansial pasti akan mempengaruhi bujet bulanan. Maka, selagi ancaman resesi belum terlewati, sebaiknya mulai menyiapkan bujet yang nantinya mungkin terpengaruh. Satu hal yang penting adalah menghindari mengambil cicilan yang menyedot bujet bulanan, terutama yang jumlahnya besar dan berjangka panjang. Jika masih ada cicilan berjalan, lakukan pelunasan di muka bila memungkinkan dan kalau tak ada biaya tambahan. Selain itu, lakukan penghematan semaksimal mungkin. Nantinya, sisa bujet dari penghematan itu bisa dimasukkan dana darurat.

4. Pergemuk tabungan

Selain menyiapkan dana darurat, jangan lupa pula untuk mempergemuk tabungan biasa. Tabungan adalah aset likuid alias mudah dicairkan sehingga ketika dibutuhkan dapat segera digunakan tanpa menunggu waktu lama. Saat ini sudah ada bank digital yang menawarkan bunga lebih tinggi dan tanpa potongan administrasi daripada bank konvensional. Mungkin sebagian tabungan bisa dipindahkan ke bank ini agar manfaat yang diperoleh lebih banyak.

5. Hati-hati dengan investasi

Di masa resesi dan krisis finansial, investasi boleh-boleh saja. Tapi harus lebih berhati-hati. Sebaiknya pilih instrumen investasi yang relatif lebih aman dan mudah ditarik ketika suatu waktu membutuhkan. Misalnya investasi di reksa dana pasar uang. Bila hendak berinvestasi saham, perhatikan betul langkah yang akan diambil. Demi keamanan, pastikan sudah ada dana likuid yang cukup untuk memenuhi kebutuhan setidaknya selama tiga bulan. Ketersediaan dana ini penting untuk berjaga-jaga bila kelak kehilangan penghasilan rutin bulanan.

6. Ikut asuransi

Asuransi memang membutuhkan biaya premi yang harus dibayar rutin tiap bulan. Namun manfaat asuransi akan sangat berguna di masa ancaman resesi dan krisis finansial. Selain memberikan perlindungan dari risiko finansial yang mungkin terjadi karena PHK, asuransi menawarkan jaminan atas risiko lain yang mengancam keuangan individu dan keluarga.

Ada setidaknya dua cara asuransi memberikan perlindungan dari risiko keuangan akibat krisis finansial. Cara pertama, asuransi memberikan dukungan finansial pada individu ataupun keluarga ketika terjadi masalah keuangan yang buruk sekalipun. Misalnya, di tengah resesi dan adanya kewajiban membayar cicilan kendaraan atau rumah padahal tak ada lagi penghasilan karena kena PHK, ada asuransi kredit yang salah satu manfaatnya adalah melunasi kredit ketika terjadi risiko tersebut.

Contoh lain, bila ikut asuransi kesehatan, tak perlu bingung membayar biaya pengobatan di rumah sakit saat kelak jatuh sakit ketika mengalami krisis finansial. Manfaat asuransi kesehatan tidak hanya bisa diperoleh oleh individu, tapi juga keluarga.

Baca juga : Jenis dan Cara Memilih Asuransi Anak Terbaik

Contoh lain, bila ikut asuransi kesehatan, tak perlu bingung membayar biaya pengobatan di rumah sakit saat kelak jatuh sakit ketika mengalami krisis finansial. Manfaat asuransi kesehatan tidak hanya bisa diperoleh oleh individu, tapi juga keluarga.

Cara kedua, asuransi menawarkan proteksi bagi keluarga yang ditinggalkan oleh pencari nafkah utama. Tatkala terjadi risiko terburuk yang membuat pencari nafkah dalam keluarga itu tak bisa lagi memberi nafkah kepada keluarga, misalnya meninggal, ada uang pertanggungan atau santunan yang bisa dicairkan oleh ahli waris, dalam hal ini keluarganya.

Dengan begitu, keluarga masih bisa mencukupi kebutuhan harian dengan dana itu. Bila sudah punya anak, masa depan pendidikan anak pun bisa lebih dipastikan. Dana santunan bisa dimanfaatkan untuk membiayai sekolah anak yang cenderung kian mahal dari tahun ke tahun.

Demikian sederet cara menghadapi krisis finansial yang bisa terjadi pada siapa saja tanpa diduga di tengah ancaman resesi yang masih membayangi. Menyiapkan diri dengan perlindungan asuransi adalah strategi yang layak dijalankan. Proteksi asuransi dapat memberikan ketenangan sehingga fokus utama bisa diarahkan ke upaya meningkatkan produktivitas dan kinerja agar terhindar dari gelombang PHK.

Artikel Lainnya

Seputar Asuransi

Peran Proximate Cause dalam Menentukan Pertanggungan Asuransi

09 March 2023

Seputar Asuransi

Penjelasan tentang Jaminan Perluasan dan Manfaatnya dalam Asuransi

09 March 2023

Seputar Asuransi

Mengamankan Perlindungan Asuransi dengan Premi Rendah

09 March 2023

Seputar Asuransi

Pentingnya Generasi Muda untuk Memiliki Asuransi

09 March 2023

Seputar Asuransi

Menyelami Konsep Partial Loss dalam Asuransi

09 March 2023

Seputar Asuransi

Peran Asuransi di Tahun Baru: Melindungi dan Membangun Kesejahteraan

09 March 2023

Seputar Asuransi

Perlunya Asuransi PHK untuk Melindungi Pekerja

09 March 2023

Seputar Asuransi

Tips Menurunkan Premi Asuransi tanpa Mengurangi Manfaatnya

09 March 2023

Seputar Asuransi

7 Ide Resolusi Finansial dan Cara Mewujudkannya

09 March 2023

Seputar Asuransi

Cara Cepat Terbebas Dari Hutang, Jangan Tunda Lagi!

09 March 2023

Seputar Asuransi

Perubahan Tren Perencanaan Keuangan Saat Pandemi Covid-19

09 March 2023

Seputar Asuransi

Tips Mengatur Keuangan Menjelang Libur Akhir Tahun di Masa Pandemi

09 March 2023

Seputar Asuransi

Imlek dan Kumpul Bersama Keluarga di Rumah yang Terlindungi

09 March 2023

Seputar Asuransi

Bagaimana Asuransi Kecelakaan Diri Menjaga Anda dalam Segala Keadaan

09 March 2023

Seputar Asuransi

Jangan Bingung Lagi! Pahami Fungsi Marka Chevron di Jalan Tol

09 March 2023

Seputar Asuransi

Wujudkan Resolusi Keuangan di Awal Tahun dengan Asuransi Kecelakaan Diri

09 March 2023

Seputar Asuransi

Ini Manfaat Asuransi Kecelakaan Diri untuk Pekerja Lepas

09 March 2023

Seputar Asuransi

Pentingnya Uang Santunan dalam Asuransi

09 March 2023

Seputar Asuransi

Ini Alasan Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja

09 March 2023